Fajar merekah membentuk kombinasi warna yang indah. bunga-bunga basah oleh embun pagi. Aku melangkah santai diantara keindahan bunga warna-warni. udara pagi melewati kerongkonganku menuju paru-paru. Ah lega rasanya. aku duduk dibangku taman kampus, kuambil buku didalam tas untukku baca. 25 menit tak terasa, ku letakan buku dibangku taman untuk ku pakai alas bantal. aku berbaring berharap dunia ini cepat selesai. ratusan buku sudah kubaca. tapi tidak ada satupun yang membuat ku puas akan definisi hidup yang sebenarnya. kulihat awan bergerak seperti gerombolan domba yang digembala.
Tak kukira aku ketiduran di bangku taman ini. kampus sudah mulai ramai hilir mudik mahasiswa yang berangkat. Kevin, ngapain dia disana aku mendengar dari belakang seseorang memikirkan tentang diriku. aku tau itu suara Bobi, Bobi adalah singkatan dari bobby dan bimo. mereka kembar identik. bobby terlahir 15 menit lebih dahulu dari bimo. bahkan papa mama mereka pun sering mereka buat bingung. maka dari itu papa dan mamanya berinisiatif kalau bobby harus selalu memakai baju warna biru sedangkan bimo warna merah. dari jauh mereka lebih mirip lolipop daripada manusia. yee dia ngalamun disana, harus dikerjain nih xixixi. aku tersenyum, sebelum mereka mengerjaniku aku berdiri dan meninggalkan bangku menuju kelas. bobi sangat pandai dalam hal mengerjani orang. bahkan mereka pernah membuat guru yang terkenal berwiba mereka buat lucu seharian.
Suasana kelas sudah ramai, hampir semua mahasiswa sudah datang. aku masuk dan langsung duduk dibangku kosong.
siapa ya mahasiswi baru itu. kok mirip ninja.
kenapa pake jubah segala, pasti malu karna mukanya jelek.
siapa gadis itu. ah aku harus kenalan setelah ini.
kenapa pake jubah segala, pasti malu karna mukanya jelek.
siapa gadis itu. ah aku harus kenalan setelah ini.
mendengar pikiran mereka, aku spontan menoleh kebelakang. tepat dibelakangku, mata kami saling menatap tanpa berkedip. matanya yang biru terlihat indah seperti berlian terpancar terang. terdengar suara pintu terbuka, dosen terlihat berjalan menuju meja depan.
"Selamat pagi" sapanya penuh semangat.
"Oh ada mahasiswi baru. silahkan perkenalkan dirimu nak" pinta pak dosen yang usianya lebih dari setengah abad.
Mahasiswi itu maju kedepan. aku tidak dapat melihat ekspresi wajahnya karena tertutup oleh niqab tapi terlihat jelas bahwa dia gugup "Selamat pagi, perkenalkan nama saya Aisyah. salam kenal semua" Suaranya lembut menelusuk gendang telingaku.
"Mata kamu biru, apa kamu pakai soflent nak?" tanya dosen untuk memperpanjang perkenalan.
"Tidak pak. ini gen dari papa saya"
"oh jadi papamu orang jerman?"
"Tidak pak, kakek saya yang orang jerman, nenek saya asli Jogja. papa lahir dijogja"
"Lalu mama kamu apakah jogja juga?" tanya sang dosen ingin tahu, terlihat juga semua mahasiswa tertarik dengan percakapan ini.
"mama saya lahir di Palestine, saya lahir dijogja"
"wah kita punya teman baru blasteran. silahkan duduk Aisyah" pinta sang dosen tersenyum, terlihat jelas kerutan tanda pengalaman hidup yang panjang.
"baik. kevin, jelaskan arti Emotional Quotient"
"kevin"
"eh iya pak?" kaget. karena pikiranku fokus mencari tahu tentang mahasiswi baru, tapi pikirannya sangat kalem seperti air mengalir lembut membasahi bebatuan.
"oh Emotional Quotient... adalah tingkat ukur buat Emotional Intelligent atau kecerdasan emosional, yang udah diakui lebih penting daripada IQ karena Kecerdasan Emotional mengambil aspek-aspek tidak nyata dari kecerdasan manusia" jawabku lancar.
"kenapa EQ lebih penting daripada IQ? Rian"
"karena EQ memberikan gambaran tentang sikap manusia akan dirinya yang sudah pasti punya emosi. Emosi inilah yang memegang peranan penting bagi manusia karena emosi kalau bisa dikendalikan akan sangat membantu manusia, kalau tidak bisa dikendalikan bisa berbahaya"
"bagus, sepertinya matakuliah kemarin sudah paham semua. sekarang akan saya lanjutkan"
120 menit waktu terasa amat panjang dikelas. kelas telah usai, aku melihat jam tangan. jarum pendek tepat diangka 11. lapar banget, aku akan kekantin mengisi perut ku. kantin dari kelas berjarak 100 meter. kantin yang bergaya jawa ini terlihat indah dan alami, tata letak meja yang indah bila dipandang.
"Kev, sini" suara dari arah jam 3 lantang memanggilku. aku lihat 3 orang duduk disana. aku tersenyum membalas. setelah memesan makanan aku menuju meja itu.
"hei rey. lagi ngobrolin apa nih? tanyaku sambil menaruh makanan diatas meja
"ini kev, kita lagi berdikusi tentang rencana hiking"
"oh jadi kalian mau hiking. kemana?
"lha ini lagi di diskusikan kev. entar kamu juga ikut. kamu sudah masuk rencana kita" jawab Indah
"eh rencana apaan? "
"rencana bawain barang-barang" Indah menjulurkan lidah mungilnya padaku dan terbahak.
"eh kev, denger-denger ada anak baru dikelasmu ya? kenalin donk" tanya Reihan meringis dan memainkan satu alisnya.
"hahaha. aku juga belum kenal sama dia. kenalan aja sendiri"
"yauda kalian liat aja. dalam 2 hari aku pasti sudah dapetin pin bb nya" dengan gaya sombong khas dirinya yang lucu.
"eh itu bukan orangnya" potong Dinar menunjuk ke meja pojok.
"wah iya. kesempatan emas nih rey"
"eh. kok jadi kebelet pipis gini ya" duh mati aku. keluh rey
"lahh. enggak berani ya ? " ledek Indah.
"berani. siapa bilang enggak berani"
"yaudah sana.haha sukses broo"
5 menit. rey kembali ke meja dengan muka kusut. "eh kenapa kamu rey?"
"dia enggak punya pin bb bro" wajahnya memelas.
"dan dia juga gapunya twitter, fb dan akun media sosial lainnya. aku yakin dia pasti bohong" walaupun wajahnya tertutup. tapi dia cantik banget. aku yakin. kata rey dalam hati.
"sudahlah rey, sepertinya dia bukan tipe pencinta lelaki"
"sok tau lo kev" jawab rey melempar sedotan ke arahku.
"dah ya kev, kita ada kelas nih" reihan dan teman-temanya pun kembali ke kelas masing-masing.
Aku juga menuju kelas bahasa. Di kelas aku duduk di kursiku dan mengambil buku bahasa. Aku sudah menguasai semua isinya. Ruangan mulai terisi setelah istirahat selesai. Aku bersandar di kursi menunggu waktu berlalu. Lagi,aku berharap cepat selesai.
Diandra masuk bersama murid baru itu, namanya memicu perhatian. Aisyah kelihatannya anak yang cerdas dan dia juga baik. Aku harap aku bisa menjadi sahabatnya. kata Diandra dalam hati.
Diandra mengambil tempat duduk disampingku dan disisi kanannya Aisyah ikut duduk.
“hai kev” “hai Diandra” aku tersenyum kepada Diandra dan sedikit melirik Aisyah.
“kev, uda kenal Aisyah ? Aisyah kenalin ini kevin ” Aisyah mengangguk mata birunya yang cerah seolah membutakan mataku dan menerangkan mata hatiku.
“hai Aisyah” aku tersenyum. Kemudian dosen masuk dan menjelaskan tentang puisi. Setelah selesai menjelaskan ia menyuruh kita untuk membuat sebuah puisi dan membacakan puisi yang telah dibuat. Setelah ini aku akan menyuruh wanita berniqap itu maju. mendengar itu aku menulis dengan santai.
“Aisyah, silahkan bacakan puisi yang kau buat” dosen mempersilahk Aisyah tuk maju kedepan. Semua siswa melihat Aisyah, seketika kelas menjadi sunyi. Bahkan suara derum motor dan mobil pun seolah berhenti. Aisyah maju kedepan, dia terlihat tegar. Meskipun aku pandai dalam membuat puisi dan sajak, tapi jika disuruh maju. Aku selalu merasa rendah diri.
Permataku Yang Hilang
Mimpi yang kau bangun
Harus hilang diterpa ombak yang begitu deras
Bunga yang seharusnya mekar
Hanya meninggalkan duri tajam
Sesalkah kau dengan keadaan ini?
Aku percaya kau adalah penghuni hatiku untuk selamanya
Jiwa dan ragaku
Seolah runtuh mendengar kabar buruk tentangmu
Permata hatiku
Tegakah kau meninggalkan kita
Hati yang tak pernah layu
Senantiasa mengingatmu
Tunggulah diriku
Wahai permataku yang hilang
Semua siswa bertepuk tangan. Semua mengira itu puisi untuk kekasihnya tapi aku melihat dia membacakan puisi itu bukan untuk kekasihnya, tapi untuk Papanya. Sejujurnya tidak ada yang istimewa dari puisi itu, hanya saja caranya dia membaca seolah seperti seorang Profesional.
“bagus. Silahkan duduk Aisyah” Aisyah mengangguk dan menuju bangkunya.
“puisi itu untuk siapa? Dosen memulai percakapan.
“untuk Papaku” aku melihat mata birunya berkaca-kaca dan ia mencoba mentabahkan hatinya namun tidak bisa. “pak, saya mau ijin ke toilet” dia mencoba mencurahkan tangisannya ditoilet? Sungguh wanita yang lembut hatinya. Pikirku
Aisyah kembali dan kelas pun telah usai. Aku mengambil kontak menuju parkiran. Aku pulang ke asrama yang jaraknya tidak begitu jauh dari Universtas.
Di depan pintu kamar asramaku. Gio memanggilku, “kev” nada bicara seolah seperti orang putus asa. Aku membalikan badan dan melihat gio lusuh. Aku di putusin cewekku.
“apa? Kenapa mukamu lusuh begitu? Aku tersenyum mencoba mencairkan suasana.
“putus kev, kami putus” suara gio bergetar.
“tapi aku merasa aneh kev, setelah putus ini”
“kok bisa?” tanyaku yang sesungguhnya aku terlebih dahulu tahu sebelum ia menjawabnya.
“ya nih bingung juga. Sebagian diriku senang karena tidak ada tukang palak lagi, bayangin aja sekali belanja bisa habis satu juta. Namun sebagian diriku lagi sangat sedih kev, karena dia cinta pertamaku dan jika tidak bersamanya seperti ada yang kurang ” gio menunduk, matanya menerawang jauh kedalam bumi.
“gio, kau hanya kehilangan kebiasaanmu bersamanya. Tapi kau tidaklah kehilangan dirimu, bukalah pintu hatimu dan eratkanlah tali persaudaraan dengan sahabatmu”
“ya kev kau benar, aku hanya kehilangan kebiasaan ku bersamanya”
“hmm. Gio, sejatinya. Cinta sejati itu tidak melemahkan hati, cinta sejati akan menguatkan hati. Sejatinya cinta sejati tidaklah serumit yang kau bayangkan. Jika itu terlihat rumit, sederhana saja. Berarti dia bukan Cinta sejatimu” aku menepuk pundaknya. Memang benar kata kevin, kayak nya aku harus cari cewek baru nih sepertinya dia salah menafsirkan kata-kataku.
“percayalah, sibukanlah dirimu dengan hal yang bermanfaat. Maka kau akan mendapatkan cinta sejati yang tak pernah kau duga sebelumnya” aku tersenyum dia pun ikut tersenyum. Namun masih terdapat peperangan hebat dalam dirinya. Luka yang dalam akan selalu meninggalkan bekas, semua tergantung dalam bagaimana kita menyingkapinya. Bukankah dalam hidup ini selalu ada pilihan?
“thanks vin. Kau memang super sekali” gio menjotos bahuku pelan dan terbahak. Aku tau dia berusaha menutupi kesedihannya. Kisah percintaan selalu saja berakhir tragis jika tidak ada ketulusan dalam jiwa mereka.
Aku tersenyum. “dah gue mau mandi dulu” aku masuk kamar, baru beberapa jam meninggalkan kamar ini sudah rindu sekali dengan desain interior ala diriku sendiri. Aku mengambil handuk untuk bersiap mandi. Aku memikirkan anak baru itu, aku penasaran dengan wajahnya. Bahkan tidak bisa disangkal kalau aku menyukai mata birunya. Aku benar-benar penasaran dengan wajah aslinya.
Keindahan Matamu
Pesonaku seakan runtuh
Melihat matamu yang indah
Pengharapan yang begitu dalam
Tidak akan melemahkan hati
Aku tidak akan sanggup
Menanggung beban cinta
Melihat keindahan matamu
Aku mampu bangkit dari kesendirian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar