#Bab1
Aku Mahasiswa baru di Universitas Yogyakarta. Usiaku sembilan belas tahun. Aku anak tunggal, laki-laki. Untuk remaja tanggung sepertiku aku merasa sangat istimewa. Aku berambut hitam bergelombang dan aku cukur pinggirnya. Aku suka membaca dan aku adalah anak yang cerdas. tapi aku hanya kenal teman-teman sekelasku, itu pun seputar anak laki-laki. Aku amat menyukai pelajaran bahasa. nilaiku cemerlang disana.
Di Semester II ini aku lebih suka menyendiri dan memperhatikan, menonton teman-teman bermain basket.
Aku duduk di keramaian di kantin, di depan kelas, dan di lapangan. Waktuku aku habiskan untuk membaca. entah itu novel atau buku pengetahuan. aku memiliki kemampuan membaca diatas rata-rata. biasanya orang membaca dengan 2000 kpm aku bisa mencapai 5000 kpm dan aku sangat menikmati ini. aku dapat menghabiskan 2 buku dalam sehari. tentu saja aku bukan orang yang sempurna seperti kalian fikirkan. karna aku juga memiliki beberapa kelemahan. aku lemah dalam hal sosialiasi.
Karena, ternyata aku amat berbeda. aku memiliki kemampuan. Aku dapat mendengar apa yang ada dalam hati dan pikiran semua manusia. pertama memiliki kemampuan itu umurku 16 tahun. aku merasa sangat terganggu. coba bayangkan ketakutan, harapan, kegembiraan semua orang ada di otakku. aku melihatnya seperti aku sedang menonton tv. aku melihat kemunafikan dan juga ketulusan. dan terkadang aku selalu lebih dahulu menjawab apa yang mereka tanyakan sebelum pertanyaan itu terucap. namun sekarang aku dapat mengontrol kemampuan ini. aku bisa fokus pada satu fikiran. yaitu fikiran ku sendiri.
Namaku Kevin dan aku bisa mendengar fikiran manusia. aku diasuh oleh ayah dan ibu tiri ku. seumur hidup aku tak pernah melihat orangtuaku. aku merindukan mereka. ayah dan ibu tiriku mengadopsiku saat aku berusia 18 bulan. mereka bilang menemukanku saat mereka berlibur di pulau Bali. kata mereka waktu itu aku didalam sebuah tabung putih dari kaca,aku terbawa arus sungai pelan. aku merasa bahwa aku adalah anak dari hubungan diluar nikah. maka dari itu aku berprinsip bahwa wanita adalah orang yang berhak untuk dijunjung tinggi kehormatannya.
Ibu dan ayah tiriku tidak memiliki anak kandung. Mereka sangat menyayangiku. aku tau karena aku melihat harapan kebahagiaan untukku. sekarang kita berpisah karena aku melanjutkan perguruan tinggi di Kota Yogyakarta, kota pelajar.
#Bab2
Trinnggg triingggg. bunyi suara hpku diatas meja belajar. aku angkat "Halo, Kevin disini ada yang bisa saya bantu?" aku selalu diajarkan oleh orangtuaku untuk memakai kata-kata itu saat pertama menerima telepon.
"hei kevin,ini aku Diandra" kata suara yang ada dalam kabel telepon.
"Ya ada apa?"
"hari ini mobilku lagi di bengkel, kamu bisa jemput aku ga? bisa ya? please" aku mendengar suara memelas yang terlalu drama di kabel telepon.
"Ya Bisa. nanti kujemput" jawab ku datar.
"tapi nanti kalau mau berangkat sms aku ya? kamu tau alamat rumah ku kan kevin?"
"ya tau" jawabku tanpa minat.
"yaudah, dada" suara dari kabel telepon yang lebih bersemangat
"ya" lalu ku tekan tombol warna merah.
Pukul 06.00 WIB aku ambil handuk bersiap-siap untuk mandi. aku masuk kamar mandi. tiba-tiba aku mendengar seseorang membaca yang kalimatnya pernah ku baca sebelumnya. tidak salah lagi, dia membaca buku ku. pasti roomate sebelah, yang tuk kusukai darinya adalah pikirannya selalu negatif. menjerumus ke kontens dewasa. jika aku lalai sedikit yasudah. aku seperti nonton film porno yang bisa merusak sel-sel syaraf diotakku. maka dari itu. setiap ada dia, aku selalu berusaha untuk mengontrol konsentrasiku.
Selesai mandi. dia memanggilku "Hei Kev, kau mandi lama banget. mirip perempuan. ahihihi" dia memamerkan gigi-giginya.aku jawab dengan anggukan singkat dengan sedikit senyum. dan aku sudah tau maksut kedatangannya kemari.
"Kev, aku mau minjem uang donk. sekarang kan tanggal tua nih. tanggal 1 aku ganti deh" 180 derajat mimik mukanya berubah, merasa orang termalang dunia.
"nih 1 juta buatmu" aku ambil uang dalam dompet. padahal sekarang baru tanggal 15. dan belum bisa dikatakan tanggal tua. sebenarnya kiriman dari orang tuanya bisa lebih dari cukup untuk 1 bulan. tapi untuk kehidupan mewah sepertinya tidak bisa dikatakan cukup. apalagi dia memiliki kekasih yang matre sekali. dan aku sangat yakin temanku ini hanya untuk dimanfaatkan. karena aku melihat dalam fikiran kekasihnya, dia berharap aku menjadi miliknya. sebenarnya aku kasihan padanya.
"wah thanksnya Kev. kamu emang temen yang sip deh" katanya dengan tersenyum lebar sekali dan mengangkat jempolnya mengarahkan kemukaku.
"ya. kamu jangan boros" aku mencoba menasehati temenku. dan aku tahu itu tidak akan berhasil. "sipppp" jawabnya singkat.
Temanku satu ini namanya Gio. dia berotot dan tinggi. warna kulitnya kuning kecoklatan. dia adalah pria yang baik. namun kurasa dia tidak bisa untuk kujadikan sahabat. dia bersekolah di UNY juga namun berbeda jurusan denganku.
"eh kev ini buku mau gue pinjem juga ya" gio mengacungkan buku kearahku. aku jawab dengan anggukan yang berarti ya. Gio tak pernah terusik dengan sikap dinginku. kebanyakan orang tak suka dengan sikapku. tapi gio dia memandang orang dengan sudut yang berbeda. aku belajar banyak darinya.
"aku ada kelas. kamu boleh kembali ke apartemenmu gio" aku berbicara dengan lembut kearahnya. dia jawab dengan anggukan yang khas diriku. kemudian aku tersenyum dia membalas senyumku. dia kembali ke rumahnya. aku ingat bahwa aku harus sms Diandra. aku ambil hp di atas meja kemudian aku cari kontak Diandra ku pencet gambar Pesan. Diandra, aku otw kerumahmu. kuambil kontak motorku dan menembus lenggangnya jalan raya.
Sampai didepan rumah Diandra. aku menekan tombol bell yang menempel didinding. Diandra keluar, aku dapat melihat semua rencana-rencana yang dia siapkan untukku. dari mulai hal-hal konyol hingga ke yang serius. Diandra tersenyum melihatku aku pun ikut tersenyum. dia satu jurusan dengan ku. jika aku adalah anak emas maka dia adalah peraknya. dia adalah wanita yang pintar dan cantik namun entah kenapa aku tak merasakan apa-apa padanya. sebagian pria di kelas berpikir tentangnya dan seperti yang kulihat dia selalu mengharapkan diriku.
Pernah suatu hari aku melihatnya difitnah dan saat itu aku tau semua apa yang terjadi. aku melihat bahwa Diandra tidak benar-benar melakukan perbuatan keji tersebut. saat kejadian itu aku melihat Diandra. dia begitu sedih dan kecewa karena teman dekatnya sendiri telah menuduhnya. jadi ceritanya begini, teman Diandra iri dengan kecantikannya. dan puncaknya yang membuat dia begitu tega memfitnah Diandra adalah karena kekasih temannya itu selalu menanyakan Diandra. kemudian terjadilah fitnah yang terencana ini.
Entah kenapa hatiku pilu, melihat gambaran yang suram dari hati Diandra. aku mantap untuk membantunya. aku mencari informasi. dan kukumpulkan para saksi kemudian aku jadikan satu database kemudiaan aku tanyakan langsung pada Kekasih teman Diandra. dan akhirnya dia mengaku bahwa itu semua ulah Kekasihnya. Pria itu berkata bahwa dia diancam tentang sesuatu yang tidak bisa diceritakan disini. intinya adalah aku berhasil membuat gambaran yang indah dalam hati dan fikiran DIandra. dia menjadi sangat bersemangat, dalam hatinya dia berusaha untuk mengalahkan kecerdasanku. dan aku senang memiliki lawan yang bersemangat.
"Kev, kamu udah makan belum? ayo kita ke Resto Papaku. disana enak tempatnya" kata Diandra dengan bersemangat. "belum. Ya ayo" jawabku dengan senyum pelit. dalam hatinya berkata. jelek banget sih ni anak kalau dingin gini. tapi gue suka xixixi. aku ternyum mendengar hatinya. membaca hati manusia memang menyenangkan dan tak pernah salah. kita melangkah menuju motorku. aku ambil kontak dalam sakuku. dan kunyalakan mesin motor. motor meraung raung dan menebas angin didepannya.
Sampai didepan resto kami berhenti. Diandra turun dan berkata " loh? kamu tau dari mana alamat resto ini? kan aku belum ngasih tau alamatnya kekamu" Diandra bertanya menyelidik ke aku. aku mendengar pikirannya. "Aku tau semua tentangmu" jawabku yang aku tau itu jawaban yang ditunggu Diandra. Dia tersenyum manis sekali, dan sok tidak percaya. " Ayo masuk" Diandra menarik tanganku.
"Wah kesempatan ini sangat langka, aku harus mengambil kesempatan ini, pasti isinya banyak" aku mendengar pikiran jahat. aku cari orangnya dan arah jam 2 diantara kerumunan orang yang mengantri makanan aku melihat seorang berjaket kulit hitam dengan tampang muka yang ganas. dan matanya melirik sebuah dompet seorang ibu-ibu tua yang sedang makan dengan putrinya. aku melihat rencana-rencana yang dia coba bangun. aku berencana menangkapnya agar orang seperti ini tidak meresahkan masyarakat kembali.
Aku berkata pada Diandra menyuruhnya untuk duluan dan aku akan menyusul, aku berjalan kearah dimana dia akan lari. tepat depan di mulut lift, dia mulai beraksi. seorang ibu tua menjerit keras. dan pencuri itu berlari kearah sampingku. Aku menjagalnya dan dia terjatuh kelantai. namun pencuri itu bangkit dan dia sangat marah karena ulahku. aku melihat amarahnya menggebu di dalam hatinya. dia menyerangku namun aku berhasil menghindar. dia melayangkan tendangan keras ke rahangku. aku tersentak jatuh kesamping. tak kukira pencuri ini memiliki tendangan yang sempurna. hampir tak bisa kulihat, rahangku sakit sekali. aku mencoba serius kedalam pertempuran ini. aku konsentrasikan hanya ke fikirannya. aku dapat melihat kedalam pikirannya bahwa dia akan menendangku dengan kaki kanan. aku lebih dahulu menunduk. dan dia telat menendangku. aku mencoba pukulan pertamaku. Upper Cut. Woryaaaaaa!! aku berteriak persis ketika aku latihan. buku-buku jariku mengenai tenggorokan dia. dia terpelanting jatuh kesakitan. aku melihatnya dia berusaha untuk bernafas. namun aku tau itu bukan pukulan yang fatal. dia akan segera bisa bernafas. aku kaget karena semua berteriak dan menghampiriku dan berkata hebat, kau hebat.
"Kev, kau pandai juga berkelahi. aku melihat semuanya. rahangmu tidak papakan? tanya Diandra yang tangan dan matanya seperti mencari sesuatu dibawah mukaku.
"aku tidak papa Diandra, terimakasih. ayo kita makan" aku tersenyum dan melangkah keResto Ayahnya. "Tunggu Kev"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar